AKU LELAH SAHABAT
Oleh : Devi Ajeng Efrilianda
Tetesan itu terulang kembali, aku
memang rapuh dalam hal cinta.Setelah sekian lama aku merasakan getaran itu
entah apa yang ku rasa.Jika aku mampu mendefinisikan rasa itu mungkin, aku tak
akan menyendiri seperti ini.Apa yang ku rasa adalah getaran cinta?kepada siapa
aku jatuh cinta?kepada Farhan?dia itu kekasihku, mengapa aku baru merasakan
jatuh cinta sekian lama kita menjalin hubungan?Entahlah aku tak mau memikirkan
hal itu lebih dalam.
“Diana…”panggil
sosok yang aku kenal sejak SMA itu membuka pintu dan segera menarikku dari
kasur.
“Ana,
kebiasaan deh langsung masuk tanpa permisi” Protesku
“No Problem honey..Kamu habis nangis?”
“Enggak
kok Cuma kelilipan aja” Candaku.
Mobil
yang kami gunakan melaju dengan cepat, 20 menit lagi kuiah segera dimulai
seprti biasa Aku dan Ana terlambat untuk kesekian kalinya.
“Ngaret
lagi”Heran Tirta
Tirta
mungkin bisa dikata classmate namun
sekarang Dia bisa aku sebut sahabat, yang begitu peduli akan kuliahku,
aktifitasku, bahkan sampai kisah cintaku dengan Farhan.Sejak semester 1 Aku dan
Dia berteman baik, kita juga satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di bidang
paduan suara.Jadi tak ada salahnya kalau Dia serba tahu tentang kehidupanku.
“Ana
yang ngaret nih” Jawabku centil
“Kenapa
harus aku yang disalahin sih?” Protes Ana
Mata
Kuliah pertama telah usai Aku, Ana dan Tirta langsung sibuk mencari kusi kosong
di kantin.Wajar saja kantin selalu rame jam segini karena banyak mahasiswa yang
bolos kuliah.Saatku di dekat Tirta ada titk kenyamanan tersendiri rasa aman,
senang dan terjaga itu yang selalu aku rasakan.Mungkin, karena kita sudah
berteman dekat sejak semester 1 sekarang kita sudah semester 7, hampir saja
kita lulus dan menyandang predikat sarjana.Aku dan Tirta sudah memulai skripsi
walaupun baru bab awal saja, memang target lulus kita di semester 7 ya paling
nggak molor sampai semester 8 saja.
“Farhan
kemana Di?”Tanya Ana ambil melahap bakso yang dimakannya
“Entah…dia
sibuk sama kegiatan UKMnya” Jawabku cuek
Memang
Farhan aktivis UKM juga seperti Aku dan Tirta, bedanya Farhan ada di UKM
Basket.Sudah dua minggu ini Farhan tak menemui aku, memang akhir bulan ini dia
ada pertandingan basket antar Universitas sebagai kekasih yang baik mungkin aku
harus sedikit sabar untuk menghadapi hal ini.Tak hanya sering tidak bertemu,
fans Farhan pun tergolong banyak terkadang aku sampai sebal dan terbakar api
cemburu karena sikap mereka yang berlebihan.
“Biasa
An, dia itu lagi galau akut lho”
Celetuk Tirta
“Yang
galau itu Kamu Tir, pacaran bertahun-tahun tapi datar aja kan?” Ejekku
“Terserah
apa katamu”
“Hih!Berantem
aja terus,aku mau menikmati bakso aja daripada dengerin kalian berdua”
“ANA!!!”
Teriak kami.
Dua bulan lagi akan ada perlombaan
paduan suara, memang Aku dan Tirta sudah tak mengikuti perlombaan itu karena
kita sudah semester tua sehingga yang bepartisipasi mahsiswa semester satu dan
tiga, Kami hanya melatih dan mengawasi saja selaku kakak senior.Dahulu waktu
masih semester satu, Aku dan Tirta awal bertemu di suatu acara seleksi masuk UKM
Paduan Suara.Kita sering berada satu tim dalam acara itu, entah tim games,
olahraga maupun tim menyanyi.Sejak itu Kami sangat dekat, bahkan kalau
teman-teman yang tak mengenal Kami akan mengira bahwa Kami adalah sepasang
kekasih.Tak bisa dipungkiri Aku memang terkejut bahwa Tirta memiliki kekasih,
Mereka sudah berpacaran hampir tiga tahun.Sejak saat itu Aku mulai membatasi
bahwa Kami hanya sekedar sahabat saja.
Setelah Kami diterima menjadi
anggota UKM Paduan Suara justru hubungan Kami berlangsung sebagai sahabat yang
begitu dekat sehingga Tirta tahu semua kehidupanku dan Aku pun tahu tentang
kehidupannya.Hingga Aku bertemu Farhan, awalnya Kami hanya bertemu saat di
basecamp.Memang basecamp basket dan paduan suara bersebelahan sehingga Kami
selalu curi pandang jika bertemu.Proses perkenalanku dengan Farhan sangat
cepat, entah kenapa Aku dan Dia merasa cocok,nyaman dan nyambung sehingga Kami
memutuskan untuk berpacaran.
“Diana,
Kamu pulang sama Ana kan?” Tanya Tirta
“Sama
Kamu lah Tir, mana ada Ana jam segini masih di kampus”
Memang
sekarang tepat jam lima sore Kami masih berada di basecamp
“Iya
siap bu bos” Jawab Tirta
Selama satu bulan ini Farhan tak
akan mengunjungiku, Aku tahu kesibukannya namun tak ada kabar dari sms maupun
telpon.Aku merasa sendiri tak ada yang
bisa Aku ajak berbagi, memang aku punya Ana dan Tirta sahabat yang bisa diajak
berbagi suka maupun duka namun, terkadang hal yang privasi dan rasa keluh kesah
lebih nyaman berbagi dengan kekasih.Aku berharap Farhan ada disampingku saat
ini, nggak usah mikir jauh deh cukup Dia telpon malam ini itu sudah lebih dari
cukup kok.Aku dan Farhan sudah menjalin hubungan selama 1,5 tahun memang
hubungan Kami sudah cukup lama tapi, akhir-akhir ini Farhan lebih cuek dan tak
ada kabar sama sekali.Aku cukup mengerti dalam keadaan ini Dia sibuk dengan
pertandingan basket yang dia impikan itu.Aku takut lama kelamaan hubungan ini
menjadi jenuh dan membuatku ingin berpisah dari Farhan.
“Entahlah…”
Keluhku
Pagi ini Aku harus berangkat ke
kampus sendiri tanpa Ana dan juga Farhan, Ana memang lagi bolos kuliah jadi
seharian ini Dia nggak akan nongol di kampus.Betapa sepinya pagiku kelam dan
tak berwarna itu yang ku rasakan, semakin hari semakin tak jelas kehidupan
pribadiku.
“Kamu
kenapa Di?” Tanya Tirta yang seketika membuyarkan lamunanku.
“Farhan…”Tiba-tiba
air mata ini meleleh begitu saja.
Tanpa
sepatah katapun Tirta langsung memelukku dengan hangat, Aku merasakan detak
jantungnya yang berdegup dengan kencang.Entah kenapa Aku merasaka titik
kenyamanan saat bersamanya, hangat dan penuh kasih sayang.
“Oh
Tirta, seandainya Kamu tak memiliki kekasih” Batinku.
Sejak saat itu Aku lebih suka
bercerita tentang Farhan ke Tirta, entah Aku menikmati sarannya atau menikmati
canda tawanya itu tak terdefinisikan saat ini.Aku dan Tirta sekarang lebih
sering jalan berdua tanpa Ana, mungkin Kami lebih menikmati saat jalan berdua
tanpa Ana atau tanpa salah satu kekasih Kami.Sekarang terasa berbeda jika salah
satu dari Kami tak memberi kabar pasti merasa salah bahkan amarah itu timbul.Aku
juga merasa kehilangan jika Tirta lagi kencan kekasihnya ataupun
sebaliknya.Memang setelah pertandingan basket Farhan sudah kembali seperti
semula, Dia sering menemuiku dan mengabariku seperti semula.
“Kamu
sekarang beda ya” Keluh Farhan
“Beda?Apa
maksudmu?”Tanyaku heran.
“Kamu
tak menikmati saat jalan denganku, Kamu bosan sama Aku?”
“Hah?Apa
Aku nggak salah dengar?”Tanyaku terkejut
Entah
didasari apa Dia mengucapkan kata – kata semacam itu, apa Aku terlalu asyik
dengan diriku sendiri?sehingga Aku tak menyadari kehadiran Farhan yang begitu
mencintaiku.Aku terus meyakinkan Farhan bahwa Aku baik-baik saja tak ada yang
perlu dikhawatirkan dengan hubungan Kami.Farham memang mempercayai hal itu
namun, disisi lain Aku seperti membohongi diri sendiri Aku tak yakin bahwa
semua ini baik-baik saja.
“Kamu
ini kenapa sih sering ngelamun nggak jelas?”Protes Ana
“An,
Aku harus gimana?Aku bimbang An..”Keluhku sambil memeluk Ana
“Bimbang?”Tanya
Ana heran.
Aku
menceritakan semua tentang hal yang Aku bimbangin selama ini.Tentang Aku,
Farhan dan Tirta, tak dapat dipungkiri bahwa Aku sayang denga Tirta.Aku tahu
rasa ini terlarang,bahkan Ana menyarankan Aku untuk menghapus semua rasa
itu.Ada benarnya juga saran Ana, Aku dan Tirta tak mungkin bersatu, Kami punya
jalan sendiri-sendiri menuju kehidupan yang bahagia.Aku tak siap jika suatu
saat Aku benar-benar menjauh dari Tirta, Aku sugguh saying dengan Dia bukan
saying bahkan cinta.Inginku menangis dipelukannya hingga Dia paham dengan
perasaanku selama ini.
“Hai
Di..Lama nggak ada kabar darimu”Sapa Tirta.
“Lagi
sibuk skripsi Tir..”Jawabku
“Ih
tumben amat..Aku mau ngomong penting nih” Tirta menatapku dengan wajah serius.
“Apa?”
Jawabku penasaran.
Rasaku
terjawablah sudah, bimbangku semakin meningkat 40% Tuhan…Apa Aku harus menangis
semalaman gara-gara ini, Aku sudah lelah dengan bimbangku.Aku tak tau atas
didasari apa kalau Tirta juga cinta Aku.Aku takut lelah menunggunya, Aku tak
mungkin bertahan lama dengan Farhan kalau ada cinta lain seperti ini.Begitupun
dengan hatiku, Aku akan terus cemburu jika Tirta terus bersanding dengan
kekasihnya sedangkan Aku hanya bisa menikmati kemesraan mereka yang ada didepan
mataku ini.
“Aku
tak tahu sejak kapan perasaanku bisa berubah seperti ini”Kata Tirta lirih
“Tirta
bukan Kamu saja yang merasakan hal itu, Aku juga Tir.Tapi, Aku takut menyakiti
kekasih Kita masing-masing”Tetesan air mata ini terus mengalir di pipi.
“Kita
jalani dulu yang ada ya, Kita kan nggak tahu ke depannya siapa tahu Kita jodoh”
Peluk Tirta hangat.
Sejak kejadian itu ada yang berbeda
disaat Kami bertemu rasa canggung pun muncul,Kami sadar bahwa keinginan untuk
bersatu ada namun Kami tak mungkin memutuskan kekasih Kami masing-masing.
Aku dan Tirta memang usai sidang
skripsi hasilnya pun memuaskan, dua minggu Kami akan mengikuti wisuda.Ada
perasaan senang namun disisi lain Aku akan kehilangan Dia, ya..kehilangan Tirta
mungkin Kami akan terpisah oleh jarak bahkan hati.Aku lelah jika harus menunggu
hal yang tak pasti, Aku lelah jika harus memikirkan yang belum tentu
memikirkanku juga.
Malam
ini sebelum besok Aku mengikuti wisuda, Aku, Tirta, Ana , Farhan dan Putri
kekasih Tirta mengadakan syukuran kecil di café favorit Kami.Ada yang janggal
di pesta itu, Aku merasa kesal dan resah saat Tirta dan Putri bermesraan
dihadapanku.Aku tak nyaman dengan keadaan seperti itu, hingga Aku memutuskan
untuk meninggalkan Mereka sejenak.
“Diana…Aku
tahu ini berat buat Kita”Kata Tirta sambil memelukku yang sudah bercucuran air
mata
“Kita
Tir?Kamu menikmatinya tanpa ada rasa bersalah, Kamu nggak memikirkan
perasaanku?Kamu terlalu cuek hingga Aku terluka sesakit ini”Protesku
“Aku
tahu Di..tapi, waktu yang tak mendukung.Yakinlah kalau Kita berjodoh pasti
bersatu kok suatu saat, kalau pun Kita tak berjodoh Kita tetap bisa bersahabat
kan”
“Iya,
mungkin terasa berat bagiku”
Memang ini keputusan yang
menggantung selama hidupku nanti, Kami tak pernah memikirkan hubungan secara
lanjut tapi, Kami terlalu realistis.Seusai wisuda pun Tirta tak mengucapkan
kata perpisahan mungkin tadi malam merupakan pesan terakhirnya untukku sebelum
Kami berpisah demi karir Kami masing-masing.Aku percaya yang dijanjikan Tuhan
jika Aku dan Tirta berjodoh maka Kami akan bersatu namun, jika tidak Kami cukup
bersahabat.Ya mungkin persahabatan lebih indah daripada kisah cinta Kami yang
tak mungkin sempurna di sepanjang masa.
SELESAI