Cerpen
Oleh : Devi Ajeng Efrilianda
Cintaku Terhalang Materi
“H
|
ai...selamat pagi....”kata
Mira menyapaku. Aku hanya tersenyum melihat ingkah Mira.Hari ini Mira tak seperti biasa, aku bisa melihat wajahnya yang cerah sekali.Kalau
bicara tentang
Mira dia memang sabar, baik ,dan pintar itu kalau
menurutku..terakhir kemarin dia daftar salah satu
Universitas di Yogyakarta.Mungkin hari ini
pengumumannya.
“Hai Dev...wah rumahnya bersih sekali..”Wah...suara itu membuyarkan
lamunanku.Oh...ternyata Mira.
“Ada apa Mir?mau curhat?”Tanyaku sambil meletakkan sapu.
“Ya..eh kabarnya aku keterima lo...”Kata Mira senang.
“Wah...selamat ya...”Kataku
yang langsung memeluknya.
“Tapi..besuk aku udah meninggalkan
desa ini, sedih rasanya...”
“Aku jadi terharu...”Kataku sambil nyengir
“Kamu masih bisa bercanda saja!”
“Ya biar kamu nggak
sedih....”Jelasku menjulurkan lidah ke arah
Mira.
Hari ini Matahari
tersenyum manis seperti
wajah Mira saat
ini walaupun ada sebersit
kesedihan di hatinya.Sesampainya di kampus
Mira langsung menuju ke sekretariat.Mira berjalan menuju ruangan penjelasan ospek.Baru dua langkah
dia berjalan,tiba-tiba ada yang
memanggil dari kejauhan
orang itu terburu
- buru.
“Kamu mahasiswa baru kan?”Tanya
cowok berwajah bule
“Iya...memangnya kenapa?”Kata Mira heran
“Aku nggak tahu ruangan
penjelasan ospek”
“Kamu ikut Aku aja!Aku
juga mau ke sana”Kata
Mira sambil melangkah
menuju ruangan yang ada di depan mata.
Baru aja mereka duduk cowok
itu udah mulai
angkat bicara.
“Aku sampai lupa nama kamu
siapa?kalau namaku sih
Eno”Kata Eno sambil
mengulurkan tanganya.
“Namaku Mira”Keduanya
berjabat tangan sambil
tersenyum.
Ketika Eno dan Mira asyik
berbicara tiba - tiba ada yang menghampiri mereka, wajahnya seperti singa yang
mau menerkam mangsanya, ternyata orang tersebut kakak seniornya.
“Kalian bisa diam apa
tidak!”Katanya sambil meninggalkan
mereka berdua.Sekarang Mereka berdua
jadi pusat perhatian
di ruangan itu.Sedangkan Eno dan
Mira hanya tertawa
kecil.
Sudah seminggu Mira menjalani
Ospek dan seminggu
dia juga tidak berbicara sama Eno.Sebenarnya ada sebersit cinta di hati
Mira tapi pikir
Mira dia tidak pantas
untuk Eno karena
Eno itu sekarang
bagai artis di
Kampus ini sedangkan
dia??hanya cewek desa.
“Uh..kenapa sih..aku
nggak bisa melupakan cowok bule itu...”Kata Mira langsung membanting tubuhnya di kasur.Entah kenapa Mira
jadi ingin ngelamun terus sampai belajarpun masih melamun.Sampai
dia menggoreskan tinta di selembaran
kertas..
Hai Cinta…
Bagaimanakah kabar kamu di sana?
Apakah kau merindukanku?
Disini aku sangat merindukanmu...
Seandainya aku bisa bertemu
dengan mu
Namun , samudera menghalangiku...
Di sini ku berharap kau datang kepadaku
Cinta...
Mengapa kau selalu menghantuiku?
Aku ingin cinta ini hilang
Namun apa daya aku selalu merindukanmu...
Setiap waktu aku selalu teringat kamu
Cinta....
Aku Merindukanmu.....
Loh kok Aku
bisa buat puisi sebagus ini?betul juga kata
orang..kalau orang yang
sedang jatuh cinta pasti bisa
jadi penyair, daripada mikirin Eno terus
lebih baik bergegas tidur aja!Kata
Mira di dalam
hati sambil membereskan
buku yang tercecer di meja
belajar.
Hari
ini langit kelihatan murung sekali..sebentar lagi kesedihan langit akan
turun, hari ini terpaksa naik bus nih!
“Lama banget busnya
lewat..padahal udah mau
hujan...“Gerutu Mira.Sedan berwarna merah berhenti
di depan Mira, Mira hanya heran
dan segera meninggalkan sedan itu,
Tiba – tiba orang yang mengemudi
sedan itu memanggil Mira.
“Mir, tunggu!“
“Kamu no...ada apa?“Kata Mira bingung
“Kamu berangkat sama aku
aja ya?ini kan
mau hujan“Ajak Eno
“Makasih ya no...“
Sedan itu melaju
dengan kencang...kurang satu KM
mereka tiba di
kampus.Seharusnya mereka belok ke
kanan tapi, Eno
membanting stir ke
kiri, Mira heran sekali...
“Eno..kita mau kemana
ya?“
“Lihat aja nanti!“Eno tersenyum saja.Sedangkan Mira semakin
penasaran sama tingkah
Eno.
“Danau?kita mau ngapain?“
“Aduh kok hujan sih..di
sini aja ya?“Kata Eno gelisah
“Memang ngapain?“
“Mir kamu mau
nggak jadi pacarku?“
“Apa??Aku nggak salah dengar kan?“Kata Mira senang
“Nggak Mir...Bagaimana jawabanmu?“Kata Eno tulus
“Aku juga sayang
sama kamu no...“
Sudah
empat tahun mereka pacaran dan mereka
sekarang sudah mempunyai pekerjaan.Eno berniat ingin menikahi, Mira setuju dengan Eno tapi, Mira mengajukan syarat agar
Eno mau menemui
orangtuanya dan Mira ingin bertemu
keluarga Eno.Syarat pertama Eno setuju
tapi, kalau syarat yang kedua
Eno tidak setuju
alasan Eno karena
ada masalah keluarga.Mira menerima alasan Eno
sebenarnya ada sebersit
kekecewaan menusuk hati Mira.Bulan
Desember Eno dan
Mira pulang ke Blora
untuk mengenlkan Eno sama
keluarga Mira.Aku melihat kedatangan mereka berdua sedangkan Eno terlihat
cemberut ada apa
gerangan?Aku menyimpan hal ini klau
sampai Mira tahu
dia akan sedih.Beberapa
jam kemudian Eno dan Mira berpamitan untuk ke
Yogyakarta tak lupa
Mira berpamitan sama Aku yang kebetulan
duduk di teras Rumah.Mereka berdua terlihat
serasi tapi, apakah mereka jodoh?entahlah
itu terserah Allah.Mobil itu melaju
dengan kencang dan menghilang
dari pandanganku.
“No...kapan kita restu
menikah?“Kata Mira sambil
membolak balik majalah
baju pengantin.
“Entahlah Mir...kalau perkiraanku awal Januari.Kalau
kamu mintanya kapan?“Eno meneguk segelas air putih
“Kalau Aku juga setuju
awal Januari..tapi, pernikahannya sederhana saja ya?“Kata Mira yang
memperhatikan tingkah Eno
“Aku setuju Mir!Orang tuaku mintanya juga sederhana...“Jawab
Eno
Mira
merasa ada yang
disembunyikan Eno tapi...Mira
nggak mau bertanya tentang kecurigannya karena takut ada
keretakan dalam hubunganya.Besuk mereka akan menikah
Mira bersiap untuk pulang
ke Blora sedangkan
Eno mempersiapkan maskawin.
Sesampainya di Blora Mira terlihat capek Aku langsung
bergegas ke Rumah
Mira dan ingin tahu
apa yang menimpa
temanku tersebut.
“Hai Dev..“Sapa Mira lemas
“Mir, kamu kelihatan gelisah sekali memang kenapa?“
“Aku itu...sebenarnya curiga sama Eno...“
“Curiganya ?“Tanyaku pensaran
“Ah...nggak usah bicarain
Eno“Kata Mira resah
Aku semakin yakin kalau Mira
itu nggak jodoh sama
Eno...Aduh...Aku kok jadi
ngawur banget...sudah jelas mereka besuk
menikah kok Aku
bilang nggak jodoh!
Angin
bertiup sepoi - sepoi semakin Aku melangkah ke rumah
Mira rasanya semakin sejuk apakah ini bertanda kalau pernikahanya langgeng?Wah...Mira terlihat cantik sekali..Aura kecantikanya terlihat saat dia memakai kebaya itu.
“Mir...Kamu deg - degan apa nggak?“
“Lumayan Dev...“Kata Mira kikuk
Ternyata rombongan Eno sudah
datang Eno juga terlihat
sangat cakep seperti pangeran gitu he..he...he..Eno duduk di samping
Mira mereka terlihat serasi banget kayak
botol sama tutupnya...
Setelah ijab kabul
orang - orang mengucapkan hamdalah saat Aku melihat
wajah Eno dia terlihat
kecewa.Sebenarnya dia itu
suka apa nggak
dengan Mira?Aku jadi heran deh padahal kalau orang yang
habis menikah senyumnya ngembang terus..tapi ini malah
cemberut!
Siang
ini Matahari memukul kulitku langkahku ke rumah
Mira jadi berat.Sesampainya di mulut pintu Aku
nggak melihat Eno tapi
hanya Mira saja padahal tamu masih
banyak tega – teganya Eno nggak
melihatkan batang
hidungnya.
“Mir, Eno mana?Kok
nggak sama kamu?“
“Dia tidur Dev, katanya capek!“Jelas Mira pelan
Tuh kan...Eno kayaknya nggak senang
sama pernikahannya.Aku kok prasangka buruk ke
Eno ya!Aduh, Aku harus bisa menghilangkanya.
Sudah dua bulan mereka berdua
di Blora, Akhirnya
mereka berdua pindah ke
Yogyakarta.Mira belum siap
tinggal di rumah mertuanya
tapi, Eno terus meyakinkan
Mira.Sesampainya di Rumah Eno,
Mira merasa rumahnya nggak pernah
dihuni karena sepi
sekali seperti rumah kosong.
“No..orang tua kamu dimana?”
“Kita masuk dulu ya...”
Sepanjang jalan menuju kamar mereka
berdua Mira tertarik dengan foto
keluarga yang dipajang di
ruang tengah.
“No...ini orangtuamu?Kok
beda ya..sama wali yang ada di pernikahan kita?”Tanya Mira penasaran
“Maafin Aku Mir, memang yang waktu
di pernikahan kita itu
orang suruhanku dan orangtuaku
belum tahu dengan pernikahan
kita...karena mereka masih di
Eropa”Jelas Eno
Duaaarrr!Petir seperti
menyambar Mira, tubuh Mira kaku sekali
dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya nyawanya bagai melayang...tiba
– tiba Mira terjatuh lemas, Eno segera membawa
Mira ke kamar.Setelah satu jam
Mira pingsan akhirnya dia sadar.
“Mir...maafin Aku ya...”Eno terlihat menyesal
“Tapi...kenapa kamu bohongin Aku no?”Tanya Mira
“Aku takut orangtuaku nggak terima kamu?Karena mereka ingin
isteriku juga orang
kaya...”Jelas Eno jujur
“Jadi Orang taumu
mengukurnya dengan materi?Kalau dulu begini
Aku nggak mau menikah
dengan kamu...”Mira langsung meninggalkan Eno tapi,
Eno langsung mencegahnya.”Mir, kita hadapi berdua
ya..”Kata Eno menenangkan Mira sedangkan Mira meneteskan
air matanya.Mira pesimis kalau orang
tua Eno dapat
menerima dia.Dengan sepenuh hati Eno menyemangati Mira.
Mira membuka jendela udara terasa
sejuk tapi..matahari lumayan kecewa seperti perasaan Mira ke
Eno.
“Huh...hari ini orang tua
Eno datang...”Kata Mira gelisah
“Mir..Aku jemput orang
tuaku di bandara ya?”
“Kamu nggak sarapan dulu?”
“Nggak Aku buru – buru Mir!”Eno meninggalkan Mira
***
“Itu..suara mobil Eno..”Mira menuruni tangga untuk
menemui Eno
Ketika pintu dibuka Mira orang tua Eno
terkejut dengan keberadaan Mira di rumah itu.
“Kamu siapa?”kata ibu Eno
“Ma...kenalkan ini...isteri
Eno..?”
“Apa no? kamu menikah
sama orang miskin
ini?”Kata Ibu Eno
menghardik Mira”Mama kita ke
dalam aja!dilihat orang tuh!”Ajak
Papa Eno”Maafin aku Ma..kalau nggak minta
restu Orang tua..Aku
takut nggak direstui aja!”Jelas Eno”Tapi no...Mama sama Papa
nggak mau kalau Kamu
nikah sama orang
desa ini...pasti dia miskin kan?”Ejek Bu Michelle”Ya no...dia tidak sederajat sama kita!”Tambah
Jorsh”Maaf Pa.... Ma .....”Jawab Eno tunduk“Kenapa mereka menilai materi?Eno juga nggak
bela Aku? Apa sekarang Eno lebih nurut
orang tuanya”Kata Mira di
dalam hati.
“Eh kamu!rumah kamu mana?”tanya Bu Michele ketus”Rumah
saya Blora”Jawab Mira pelan”Tuh kan..anak desa !”Ejek Bu Michelle.Mira meneteskan air matanya dia nggak tahan sama perlakuan
mertuanya, dia langsung menuju ke
kamar.Sedangkan Eno berusaha
mengejar Mira.”Lihat Pa..anak desa itu
nggak sopan..”Tambah Michelle
“No...Aku mau pulang ke rumah
Orang tuaku...”
“Jangan Mir..kita selesaikan masalah ini lama
- kelamaan Mama dan Papa
juga bisa terima”Kata Eno sambil
memeluk Mira.
Setelah
kejadian itu Eno ditugaskan Papanya ke Eropa selama seminggu.Mira semakin tertekan dengan sikap
orang tua Eno.Tiba – tiba waktu sore hari penyakit
Mama Eno kambuh
karena selalu memikirkan
nasib Eno.Permintan Bu Michelle
hanya satu yaitu
agar Eno cerai
dengan Mira.Mira terkejut dengan Hal itu,
dia telpon Eno pikirnya
Eno mungkin mau menjelaskan
ke orang tuanya
tapi, Eno malah menyuruh
Mira untuk mentanda tangani surat perceraian
itu.Akhirnya dengan berat hati
Mira mentanda tangani surat perceraian
itu di Rumah Sakit.Waktu di pengadilan Mira berharap Eno datang
tetapi Eno diwakilkan pengacaranya.Dengan hati yang penuh luka
Mira pulang ke Blora.Aku melihat Mira sangat sedih dia sekarang lebih banyak murung.Sampai akhirnya Mira bangkit
dari kemurunganya karena ada
pria yang selalu menyemangati dia.Pria itu bernama Fian, sudah lima bulan
Mira pacaran dengan Fian
mereka memutuskan untuk menikah
dengan Fian.Aku melihat kalau Fian
jodoh Mira karena dari raut
wajah Fian kalau Fian tulus mencintai Mira.Setelah satu tahun
menikah dan Mira
dapat melupakan masa lalunya Fian yang profesinya Polisi meninggalkan Mira karena
tugas luar kota.Mira
percaya dengan Fian
kalau dia nggak
akan selingkuh sebaliknya Fian juga
percaya dengan Mira.
Siang itu Aku
di rumah Mira
Matahari seperti mencubit kulit hitamku.“Mir ke warung es dawet yuk!”Ajakku
Mira juga kelihatan kepanasan”Yuk Dev!”kami menuju warung yang agak
jauh dari rumah
Mira.Ahh...tenggorokanku lumayan basah..dari tadi sudah
kering keronta tenggorokanku.Aku dan Mira
masih menikmati es dawet tiba - tiba dari kejauhan ada mobil berhenti di depan
rumah Mira.Aku dan Mira
bergegas untuk pulang.
“Orang tua Eno ngapain mereka?”Kata Mira terkejut
Aku membuntuti Mira dari
belakang Aku penasaran
dengan kedatangan Orang tua Eno.
“Mira..maafin kami
ya...”Kata bu Michelle
yang langsung peluk Mira sedangkan Mira hanya
terlihat bingung.”Ada apa bu Michelle kemari?”Tanya Mira”Begini nak Mira kami
mohon nak Mira mau
menemui Eno”Jelas Pak Jorsh
sedangkan Bu Mishelle hanya menangis”Maaf Om ...tante saya sudah
punya suami”Kata Mira pelan”Oh..bukan untuk kembali nak..tapi, Eno sakit kanker
ginjal dan dia
ingin sekali bertemu
sama kamu...”Jelas Bu Michelle”Saya telpon suami
saya dulu tan!”Akhirnya Fian setuju untuk
Mira ke rumah
Eno agar
Eno lekas sembuh.Mira, Aku dan
Orang tua Eno langsung menuju ke Yogyakarta.Aku berharap orang tua Eno sadar akan sifatnya..
Sesampainya di Yogyakarta Mira langsung
dibawa ke kamar
Eno.Sekarang kamar Eno tidak
seperti dulu sekarang
banyak alat – alat medis untuk keperluan Eno.Eno terlihat lemas di
atas tempat tidurnya.Mira tidak bisa
menahan kesedihanya air mata
Mira menetes.Eno melihat kedatangan Mira dia tersenyum dan seperti
ingin mengatakan sesuatu.
“Ada apa No?Aku di sini
untuk kamu”
“Maafin Aku dan keluargaku
yang telah menyakitimu...Andai saja cinta
kita tidak terhalang
sama materi mungkin
kita sekarang bahagia...tapi....”
“Aku udah maafin kamu
dan keluargamu No...”Eno hanya tersenyum
manis.
Tiba - tiba alat
di samping Eno menandakan kalau nyawanya
telah melayang...Mira terjatuh lemas dan
orang tua Eno
hanya menangis pilu.Aku dapat mengambil hikmah dari
kehidupan Eno karena
semua tidak bisa
diukur dengan materi begitupun
dengan cinta tak bisa
diukur dengan apapun.
******
Tidak ada komentar :
Posting Komentar