Rabu, 23 Mei 2018

Pulangku (Mini Cerbung)

PULANGKU


Babak 4 (Bersua)


Hari ini kami memulai peninjauan lokasi proyek, selama dua minggu kami tinggal di rumah Pak Lurah karena tidak memungkinkan pulang pergi dari rumah ke lokasi sehingga kami tinggal di kampung durian. Setelah acara pembukaan dan perkenalan di kantor kelurahan kami bergegas di lokasi proyek dengan skema yang sudah kami buat. Dengan cekatan Pak Ali menjelaskan tahap per tahap rencana yang kami buat ke pihak kelurahan. Ada sinar kepuasan dari pihak kelurahan terhadap rencana yang kami buat.
“Kalau dilihat-lihat dia cukup cerdas dan tampan”batinku
“Kok aku memujinya, ini aneh”
Malam ini angin menusuk tulang rusukku suara jangkrik dan katak saling bersautan mengiringi setiap detiknya. Suasana di kampung memang beda dengan suasana di kota, yang ada hanyalah damai dan saling gotong royong antar tentangga.
“Duduk sendirian saja” Sapa Ali
“Duh kenapa juga dia nyamperin”Batinku
Aku jawab saja sapaan dadakannya itu, cukup lama kami berbincang dari masalah kuliah sampai projek yang kami kerjakan. Cukup aneh, kenapa dia tidak berbicara tentang sapaannya di ponsel ku saat itu. Jangan-jangan yang kirim pesan bukan dia, ah ini kacau, siapa pula yang sedang mengerjaiku? Kurang kerjaan juga. Hardik ku saat itu.
“Oh iya aku minta maaf ya” ucapnya
“Maaf apa ya pak?” Sela ku
“Beberapa waktu yang lalu aku mengirim pesan terhadapmu” Tegasnya
Jelas-jelas aku kaget, rasanya bibirku kelu untuk menjawab pernyataannya yang sudah dilontarkannya secara mendadak. Aku kira kemarin hanya orang iseng yang mengerjaiku dengan mengatasnamakan Pak Ali. Lalu, sekarang dia mengakuinya. Baiklah ini nyata.
“Iya pak tidak apa-apa,tapi ada perlu apa ya pak?”tanyaku
Dia menjelaskan apa alasannya dibalik mengirim pesan sapaan terhadapku, aku cukup siap untuk mendengarkan apa yang dia ucap. Ternyata dibalik diamnya selama ini dia mencoba untuk menghubungiku lewat si comel, karena Lina tak ingin ikut campur urusan pribadi orang lain maka dia yang memberikan nomor ponselku. Agar Pak Ali yang berusaha sendiri untuk menyapa dan mengenalku.
“Lantas kenapa ingin mengenalku Pak” tanyaku penasaran
“Aku tertarik apa yang kamu tulis di web jurusan” Jawabnya santai
Syukurlah dia hanya tertari tentang topik penelitianku saja. Aku pikir ini kabar baik, mungkin saja kita satu peminatan sehingga aku bisa belajar banyak dengan dia. 
“Saya masih belajar pak, siapa tahu bapak mau mengajari saya”candaku
“Panggil saja mas, saya kira umur kita hanya terpaut 2 tahun” jelasnya
Mungkin agak kikuk saat aku memanggilnya mas, karena jelas-jelas dia adalah asisten dosenku. Tapi , tak apalah jika itu permintaanya. Sepanjang malam kami mengobrol, hangat dan mencair setiap obrolan yang kami ucapkan. Dia cukup menarik. Tapi tetap saja ini aneh.
Hari kedua di kampung durian kami memulai penyelidikan projek tahap pertama, kami membagi tugas agar tujuan dapat tercapai. Pak Ridwan tak kunjung datang sampai 1 jam jadi Mas Ali lah yang mendampingi tim kami setiap prosesnya. Tak ada kata menggurui yang hany adalaha saling berbagi, kita dibiarkan berkembang sendiri jika ada kesalahan Mas Ali tak buru-buru menyalahkan namun dia mendengarkan alasan yang kami perbuat.
“Dewasa” Batinku
“Aku lihat kalian mulai akrab” Bisik Lina
“Perasaanmu saja” Jawabku ketawa
Aku tidak ingin hal ini diketahui oleh temanku yang lain, nanti mereka bisa berpikiran kalau aku tidak profesional. Bukankah seharusnya kita ada batas? Ya batas antara mahasiswa dan asisten dosen. Biarlah seperti ini lagian aku hanya menganggapnya dia seorang guru pendamping penelitian. Aku harus banyak belajar dari dia, hanya belajar. Bukan yang lain.

Bersambung.


1 komentar :