Rabu, 05 Februari 2014

Cerpen



AKU LELAH SAHABAT

Oleh : Devi Ajeng Efrilianda
            Tetesan itu terulang kembali, aku memang rapuh dalam hal cinta.Setelah sekian lama aku merasakan getaran itu entah apa yang ku rasa.Jika aku mampu mendefinisikan rasa itu mungkin, aku tak akan menyendiri seperti ini.Apa yang ku rasa adalah getaran cinta?kepada siapa aku jatuh cinta?kepada Farhan?dia itu kekasihku, mengapa aku baru merasakan jatuh cinta sekian lama kita menjalin hubungan?Entahlah aku tak mau memikirkan hal itu lebih dalam.
“Diana…”panggil sosok yang aku kenal sejak SMA itu membuka pintu dan segera menarikku dari kasur.
“Ana, kebiasaan deh langsung masuk tanpa permisi” Protesku
No Problem honey..Kamu habis nangis?”
“Enggak kok Cuma kelilipan aja” Candaku.
Mobil yang kami gunakan melaju dengan cepat, 20 menit lagi kuiah segera dimulai seprti biasa Aku dan Ana terlambat untuk kesekian kalinya.
“Ngaret lagi”Heran Tirta
Tirta mungkin bisa dikata classmate namun sekarang Dia bisa aku sebut sahabat, yang begitu peduli akan kuliahku, aktifitasku, bahkan sampai kisah cintaku dengan Farhan.Sejak semester 1 Aku dan Dia berteman baik, kita juga satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di bidang paduan suara.Jadi tak ada salahnya kalau Dia serba tahu tentang kehidupanku.
“Ana yang ngaret nih” Jawabku centil
“Kenapa harus aku yang disalahin sih?” Protes Ana
Mata Kuliah pertama telah usai Aku, Ana dan Tirta langsung sibuk mencari kusi kosong di kantin.Wajar saja kantin selalu rame jam segini karena banyak mahasiswa yang bolos kuliah.Saatku di dekat Tirta ada titk kenyamanan tersendiri rasa aman, senang dan terjaga itu yang selalu aku rasakan.Mungkin, karena kita sudah berteman dekat sejak semester 1 sekarang kita sudah semester 7, hampir saja kita lulus dan menyandang predikat sarjana.Aku dan Tirta sudah memulai skripsi walaupun baru bab awal saja, memang target lulus kita di semester 7 ya paling nggak molor sampai semester 8 saja.
“Farhan kemana Di?”Tanya Ana ambil melahap bakso yang dimakannya
“Entah…dia sibuk sama kegiatan UKMnya” Jawabku cuek
Memang Farhan aktivis UKM juga seperti Aku dan Tirta, bedanya Farhan ada di UKM Basket.Sudah dua minggu ini Farhan tak menemui aku, memang akhir bulan ini dia ada pertandingan basket antar Universitas sebagai kekasih yang baik mungkin aku harus sedikit sabar untuk menghadapi hal ini.Tak hanya sering tidak bertemu, fans Farhan pun tergolong banyak terkadang aku sampai sebal dan terbakar api cemburu karena sikap mereka yang berlebihan.
“Biasa An, dia itu lagi galau akut lho” Celetuk Tirta
“Yang galau itu Kamu Tir, pacaran bertahun-tahun tapi datar aja kan?” Ejekku
“Terserah apa katamu”
“Hih!Berantem aja terus,aku mau menikmati bakso aja daripada dengerin kalian berdua”
“ANA!!!” Teriak kami.
            Dua bulan lagi akan ada perlombaan paduan suara, memang Aku dan Tirta sudah tak mengikuti perlombaan itu karena kita sudah semester tua sehingga yang bepartisipasi mahsiswa semester satu dan tiga, Kami hanya melatih dan mengawasi saja selaku kakak senior.Dahulu waktu masih semester satu, Aku dan Tirta awal bertemu di suatu acara seleksi masuk UKM Paduan Suara.Kita sering berada satu tim dalam acara itu, entah tim games, olahraga maupun tim menyanyi.Sejak itu Kami sangat dekat, bahkan kalau teman-teman yang tak mengenal Kami akan mengira bahwa Kami adalah sepasang kekasih.Tak bisa dipungkiri Aku memang terkejut bahwa Tirta memiliki kekasih, Mereka sudah berpacaran hampir tiga tahun.Sejak saat itu Aku mulai membatasi bahwa Kami hanya sekedar sahabat saja.
            Setelah Kami diterima menjadi anggota UKM Paduan Suara justru hubungan Kami berlangsung sebagai sahabat yang begitu dekat sehingga Tirta tahu semua kehidupanku dan Aku pun tahu tentang kehidupannya.Hingga Aku bertemu Farhan, awalnya Kami hanya bertemu saat di basecamp.Memang basecamp basket dan paduan suara bersebelahan sehingga Kami selalu curi pandang jika bertemu.Proses perkenalanku dengan Farhan sangat cepat, entah kenapa Aku dan Dia merasa cocok,nyaman dan nyambung sehingga Kami memutuskan untuk berpacaran.
“Diana, Kamu pulang sama Ana kan?” Tanya Tirta
“Sama Kamu lah Tir, mana ada Ana jam segini masih di kampus”
Memang sekarang tepat jam lima sore Kami masih berada di basecamp
“Iya siap bu bos” Jawab Tirta
            Selama satu bulan ini Farhan tak akan mengunjungiku, Aku tahu kesibukannya namun tak ada kabar dari sms maupun telpon.Aku merasa sendiri  tak ada yang bisa Aku ajak berbagi, memang aku punya Ana dan Tirta sahabat yang bisa diajak berbagi suka maupun duka namun, terkadang hal yang privasi dan rasa keluh kesah lebih nyaman berbagi dengan kekasih.Aku berharap Farhan ada disampingku saat ini, nggak usah mikir jauh deh cukup Dia telpon malam ini itu sudah lebih dari cukup kok.Aku dan Farhan sudah menjalin hubungan selama 1,5 tahun memang hubungan Kami sudah cukup lama tapi, akhir-akhir ini Farhan lebih cuek dan tak ada kabar sama sekali.Aku cukup mengerti dalam keadaan ini Dia sibuk dengan pertandingan basket yang dia impikan itu.Aku takut lama kelamaan hubungan ini menjadi jenuh dan membuatku ingin berpisah dari Farhan.
“Entahlah…” Keluhku
            Pagi ini Aku harus berangkat ke kampus sendiri tanpa Ana dan juga Farhan, Ana memang lagi bolos kuliah jadi seharian ini Dia nggak akan nongol di kampus.Betapa sepinya pagiku kelam dan tak berwarna itu yang ku rasakan, semakin hari semakin tak jelas kehidupan pribadiku.
“Kamu kenapa Di?” Tanya Tirta yang seketika membuyarkan lamunanku.
“Farhan…”Tiba-tiba air mata ini meleleh begitu saja.
Tanpa sepatah katapun Tirta langsung memelukku dengan hangat, Aku merasakan detak jantungnya yang berdegup dengan kencang.Entah kenapa Aku merasaka titik kenyamanan saat bersamanya, hangat dan penuh kasih sayang.
“Oh Tirta, seandainya Kamu tak memiliki kekasih” Batinku.
            Sejak saat itu Aku lebih suka bercerita tentang Farhan ke Tirta, entah Aku menikmati sarannya atau menikmati canda tawanya itu tak terdefinisikan saat ini.Aku dan Tirta sekarang lebih sering jalan berdua tanpa Ana, mungkin Kami lebih menikmati saat jalan berdua tanpa Ana atau tanpa salah satu kekasih Kami.Sekarang terasa berbeda jika salah satu dari Kami tak memberi kabar pasti merasa salah bahkan amarah itu timbul.Aku juga merasa kehilangan jika Tirta lagi kencan kekasihnya ataupun sebaliknya.Memang setelah pertandingan basket Farhan sudah kembali seperti semula, Dia sering menemuiku dan mengabariku seperti semula.
“Kamu sekarang beda ya” Keluh Farhan
“Beda?Apa maksudmu?”Tanyaku heran.
“Kamu tak menikmati saat jalan denganku, Kamu bosan sama Aku?”
“Hah?Apa Aku nggak salah dengar?”Tanyaku terkejut
Entah didasari apa Dia mengucapkan kata – kata semacam itu, apa Aku terlalu asyik dengan diriku sendiri?sehingga Aku tak menyadari kehadiran Farhan yang begitu mencintaiku.Aku terus meyakinkan Farhan bahwa Aku baik-baik saja tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan hubungan Kami.Farham memang mempercayai hal itu namun, disisi lain Aku seperti membohongi diri sendiri Aku tak yakin bahwa semua ini baik-baik saja.
“Kamu ini kenapa sih sering ngelamun nggak jelas?”Protes Ana
“An, Aku harus gimana?Aku bimbang An..”Keluhku sambil memeluk Ana
“Bimbang?”Tanya Ana heran.
Aku menceritakan semua tentang hal yang Aku bimbangin selama ini.Tentang Aku, Farhan dan Tirta, tak dapat dipungkiri bahwa Aku sayang denga Tirta.Aku tahu rasa ini terlarang,bahkan Ana menyarankan Aku untuk menghapus semua rasa itu.Ada benarnya juga saran Ana, Aku dan Tirta tak mungkin bersatu, Kami punya jalan sendiri-sendiri menuju kehidupan yang bahagia.Aku tak siap jika suatu saat Aku benar-benar menjauh dari Tirta, Aku sugguh saying dengan Dia bukan saying bahkan cinta.Inginku menangis dipelukannya hingga Dia paham dengan perasaanku selama ini.
“Hai Di..Lama nggak ada kabar darimu”Sapa Tirta.
“Lagi sibuk skripsi Tir..”Jawabku
“Ih tumben amat..Aku mau ngomong penting nih” Tirta menatapku dengan wajah serius.
“Apa?” Jawabku penasaran.
Rasaku terjawablah sudah, bimbangku semakin meningkat 40% Tuhan…Apa Aku harus menangis semalaman gara-gara ini, Aku sudah lelah dengan bimbangku.Aku tak tau atas didasari apa kalau Tirta juga cinta Aku.Aku takut lelah menunggunya, Aku tak mungkin bertahan lama dengan Farhan kalau ada cinta lain seperti ini.Begitupun dengan hatiku, Aku akan terus cemburu jika Tirta terus bersanding dengan kekasihnya sedangkan Aku hanya bisa menikmati kemesraan mereka yang ada didepan mataku ini.
“Aku tak tahu sejak kapan perasaanku bisa berubah seperti ini”Kata Tirta lirih
“Tirta bukan Kamu saja yang merasakan hal itu, Aku juga Tir.Tapi, Aku takut menyakiti kekasih Kita masing-masing”Tetesan air mata ini terus mengalir di pipi.
“Kita jalani dulu yang ada ya, Kita kan nggak tahu ke depannya siapa tahu Kita jodoh” Peluk Tirta hangat.
            Sejak kejadian itu ada yang berbeda disaat Kami bertemu rasa canggung pun muncul,Kami sadar bahwa keinginan untuk bersatu ada namun Kami tak mungkin memutuskan kekasih Kami masing-masing.
            Aku dan Tirta memang usai sidang skripsi hasilnya pun memuaskan, dua minggu Kami akan mengikuti wisuda.Ada perasaan senang namun disisi lain Aku akan kehilangan Dia, ya..kehilangan Tirta mungkin Kami akan terpisah oleh jarak bahkan hati.Aku lelah jika harus menunggu hal yang tak pasti, Aku lelah jika harus memikirkan yang belum tentu memikirkanku juga.
Malam ini sebelum besok Aku mengikuti wisuda, Aku, Tirta, Ana , Farhan dan Putri kekasih Tirta mengadakan syukuran kecil di café favorit Kami.Ada yang janggal di pesta itu, Aku merasa kesal dan resah saat Tirta dan Putri bermesraan dihadapanku.Aku tak nyaman dengan keadaan seperti itu, hingga Aku memutuskan untuk meninggalkan Mereka sejenak.
“Diana…Aku tahu ini berat buat Kita”Kata Tirta sambil memelukku yang sudah bercucuran air mata
“Kita Tir?Kamu menikmatinya tanpa ada rasa bersalah, Kamu nggak memikirkan perasaanku?Kamu terlalu cuek hingga Aku terluka sesakit ini”Protesku
“Aku tahu Di..tapi, waktu yang tak mendukung.Yakinlah kalau Kita berjodoh pasti bersatu kok suatu saat, kalau pun Kita tak berjodoh Kita tetap bisa bersahabat kan”
“Iya, mungkin terasa berat bagiku”
            Memang ini keputusan yang menggantung selama hidupku nanti, Kami tak pernah memikirkan hubungan secara lanjut tapi, Kami terlalu realistis.Seusai wisuda pun Tirta tak mengucapkan kata perpisahan mungkin tadi malam merupakan pesan terakhirnya untukku sebelum Kami berpisah demi karir Kami masing-masing.Aku percaya yang dijanjikan Tuhan jika Aku dan Tirta berjodoh maka Kami akan bersatu namun, jika tidak Kami cukup bersahabat.Ya mungkin persahabatan lebih indah daripada kisah cinta Kami yang tak mungkin sempurna di sepanjang masa.

SELESAI