Senin, 03 Oktober 2016

PUISI (Diantara Dua Gradasi Langit)

Diantara Dua Gradasi Langit


Angin berhembus mengalir
Menampar raut wajah yang termenung
Tangan menumpu wajah yang sayu
Mata menatap kosong
Ada apa gerangan kau disana?
Bibir menipis
Dahi mengerut
Ingin bersua tenggorakan menekik
Kau tahu kemurungannya kali ini?
Bernafas pun berat
Apalagi melangkahkan kakinya
Beberapa lukisannya menjadi hitam dan putih
Bukankah seharusnya lukisan itu berwarna?
Dia tertegiun diam
Tak menjawab apa yang angin tanya
Bola matanya mengerling
Menandakan ada rahasia yang tersirat
Duhai Kau
Adukanlah rasamu
Lewat peluhmu bahkan air matamu
Agar terlihat kembali lesung pipimu
Yang kau tunggu bukan angin
Melainkan pelangi yang indah namun mudah menghilang