BUKAN
SEKEDAR MIMPI
“Kolak...kolak....kolak...”teriakan
remaja berkaos hitam yang bersaing dengan suara kendaraan di jalan raya.
“Udah laku berapa Put?”Tanyaku
dengan membawa sejumlah bungkusan makanan.
“Wah sudah hampir habis nih!”Jawab
Putra senang.
Memang Putra bisa dibilang rajin
bekerja bukan untuk membantu orangtua tapi, dia ingin melatih diri untuk
mandiri.Walaupun di Sekolah dia berjualan beberapa barang dagangan seperti:
sticker, kaos. topi, jam, dan berbagai accessoris anak muda dan sore harinya
dia berjualan berbagai masakan rumah, dia tak malu melakukan hal itu dan dia
tetap berprestasi dengan baik.
“Heh Sit bengong aja!Berapa
keuntungan kita hari ini?”Tanya Putra sambil mengusap mukanya dengan sapu
tangan yang telah bermandikan keringat.
“Wah lumayan banyak nih Put!”Sita
menyerahkan beberapa uang ke Putra.
“Alhamdulilah...Ya sudah kita bergegas pulang, karena ini sudah
waktunya sholat maghrib.”Ajak Putra dengan membawa kardus bekas tempat barang
jualannya.
“Siap bos!haha...”Godaku ke Putra.
Saat matahari masih malas berinjak
ke bumi Putra sudah menginjakkan kakinya di bumi yang fana ini.Dia harus
membantu saudaranya yang berjualan sayuran di Pasar, setelah membantu membawa
sayuran ke Pasar Putra langsung pulang ke rumah untuk saip-siap berangkat ke
sekolah.
Putra di sekolah membawa beberapa
kardus yang berisi pesanan kaos kelas.
“Wah Pak bos sudah datang..”Sapaku
dengan senyuman.
“Ah kamu Sit, ini daftar kelas
yang pesan kaos desainku ini”Kata Putra sambil menunjukkan secarik kertas.
“Oke bos, siap diedarkan.”
Walaupun Putra sering bawa barang
dagangan yang bermacam-macam di sekolah, Dia tetap mematuhi aturan sekolah
dengan cara menjual barang yang tidak dilarang di sekolah.
“Put, kamu dicari Pak Budi guru
olahraga!”Kata Angga tergesa-gesa.
“Memang ada apa ngga?”Tanya Putra
penasaran.
“Udahlah Kamu ke kantor
saja!”Perintah Angga.
Putra segera menemui Pak Budi
dengan perasaan yang tak karuan.
“Apa Bapak memanggil Saya?”Putra
menghampiri Pak Budi di meja kerjanya.
“Iya nak!”
Pak Budi terdiam sejenak seperti
memikirkan sesuatu.
“Bapak sangat kecewa dengan Kamu
nak!”Kata Pak Budi sambil memegang pundak Putra.
“Kecewa bagaimana Pak?”Tanya Putra
penasaran.
Akhirnya Pak Budi mengatakan
seluruh kekecewaannya terhadap Putra.Menurut Pak Budi, Putra sudah melanggar
janjiny ke Pak Budi.Dahulu Putra janji nggak akan memakai kaos kelas saat jam
pelajaran olahraga namun, ada beberapa kelas yang memakai kaos kelas saat
pelajaran Pak Budi.Pak Budi akhirnya melarang Putra berjualan barang apapun di
sekolah, apabila Putra melanggar hal itu kepala sekolah yang akan menangani
masalah Putra.
Sore harinya Putra masih saja
memikirkan masalah itu, Dia terpaksa tidak berjualan kolak seperti biasanya.
“Heh bos kok melamun saja?”Tanya
Sita sambil menghampiri Putra.
“Lha gimana Sit, bisnisku jadi
hancur!”Putra menundukkan kepalanya.
“Udahlah Put, kalau Kamu nggak
boleh bawa daganganmu di sekolah mending Kamu bawa brosurnya saja.Jadi, kalau
ada yang tertari sorenya Kamu buat warung lesehan saja!”Saran Sita.
“Ide Kamu boleh juga Sit!Tapi,
nggak semua orang mau sempatin waktunya untuk lihat barang yang belum tentu
bagus kan?apalagi mereka belum tentu beli Sit.”Tebak Putra
“Sudahlah Put,,nggak ada salahnya
kan kalau kita coba?”Kata Sita memberi semangat Putra.
Putra pun menjalankan saran dari
Sita, ternyata tak ada satupun yang tertarik dengan brosur Putra yang tak
berwarna itu.Teman-temannya mengira Putra membohongi mereka dengan menjual
barang kualitas jelek harga mahal.Namun, Sita sebagai sahabat Putra sejak kecil
tak henti – hentinya memberi semangat dan dukungan untuk masa depan Putra.
“Sit, Aku berhenti bisnis saja
lah,mungkin ini memang bukan jalan masa depanku!”Kata Putra putus asa.
“Lho Put, Kamu bisnis kayak begini
sudah bertahun-tahun lho..Masa sekarang Kamu nyerah begitu saja?”
“Sudahlah Sit ini memang bukan
jalanku!”Bentak Putra dan meninggalkan Sita di teras rumahnya.
Satu bulan lagi siswa kelas 12 SMA
akan mengikuti Ujian Nasional, Putra dan Sita juga mengikuti Ujian
Nasonal.Sejak Putra meninggalkan di dunia bisnis dia jadi lebih tekun belajar
dan diam diri di perpustakaan.Sekarang Putra lebih pasif daripada Putra yang
dulu yang selalu beredar di kelas-kelas lain untuk menawarkan barang
dagangannya.Sita pun kehilangan sosok Putra yang bekerja keras, tak mudah putus
asa dan bercanda saat bersama.
Sita menghampiri Putra yang sedang
asyik baca buku.
“Wah baca buku apa ini?Seribu Cara Bisnis “Goda Sita
“Ngapain Kamu ke sini?”
“Kamu masih tertarik dengan
bisnis?”
Putra meninggalkan Sita tanpa
menjawab pertanyaan Sita sedikitpun.
Hari-haripun beralau dengan cepat,
latihan untuk mempersiapkan Ujian Nasional sudah terlaksanakan.Dua hari lagi
mereka akan menghadapi Ujian Nasional.Sita sudah di terima di salah satu
Universitas negeri di Solo tapi, tak ada kabar dari Putra sama sekali.Sita pun
khawatir engan masa depan Putra, sampai sekarang Putra tidak mau mengambil
jalan lain setelah bisnis yang sudah
membuat Putra menjkadi jatuh bangun.
“Put, mau nerusin kuliah
dimana?”Tanya Sita duduk di sebelah Putra.
“Nggak tahu!”Jawab Putra cuek.
“Jangan gara-gara Kamu gagal di
bisnis tak mau cicipi jurusan yang lain”Nasehat Sita.
“Sudahlah Sit ini kan hidupku jadi
Kamu nggak usah ngurusin Aku!”Bentak Putra.
“Put, sejak kecil kita udah sahabatan!Baru
kali ini Aku lihat Putra yang sangat lemah karena ulahnya sendiri”
“Sudahlah!”Putra meninggalkan Sita
dengan kekecewaan yang begitu mendalam.
***
Hari
penentuan akhirnya tiba juga.Siswa SMA Persari terlihat sudah siap untuk
menghadapi Ujian Nasional.Ada beberapa Siswa yang menggelar doa pagi sebelum
menghadapi UAN, ada juga yang masih belajar, dan ada juga siswa yang pesimis
hingga akhirnya mereka menangis sebelum menghadapi UAN.
Sita menghampiri Putra yang sedang
mengikuti doa bersama di Mushala bersama anggota Rohis SMA Persada.
“Put, pagi sekali Kamu
berangkat”Bisik Sita.
“Jangan berisiklah Sit, lebih baik
Kita berdoa saja agar bisa mengerjakan UAN nanti”Saran Putra.
“Baiklah Put!”Sita langsung
menyesuaikan diri dengan yang lainnya.
Hari-hari
terberat sudah dilalui Sita dan Putra.Kini mereka tinggal menunggu
pengumuman.Sita membawa beberapa tumpukkan buku untuk dikembalikan ke
perpustakaan.Namun, kali ini Sita tak melihat Putra ada di perpustakaan, memang
sejak UAN usai Putra tak pernah masuk sekolah.Sita pun bila mencari Putra di
rumah tak pernah bertemu dengan Putra.Sita mecemaskan Putra.
“Kira-kira Putra diman ya?”Kata
Sita di dalam hati.
“Ada apa sit?kok gelisah
begitu?”Tanya Angga.
“Kamu pernah bertemu dengan
Putra?”
“Nggak pernah kok Sit!Sejak
bisnisnya hancur Putra terlihat depresi”
“Ah nggak juga...”Bela Sita.
Selama satu bulan Sita tak kunjung
temukan sahabatnya itu. Orangtua Putra tak
mau memberi tahu keberadaan Putra.Padahal di Sekolah guru-guru mencari Putra
untuk memesan kaos desainnya untuk seragam di pesta perpisahan nanti.Padahal
ini kesempatan emas buat Putra tapi, Dia mengabaikan hal itu.Dua hari sebelum
pengumuman UAN, SMA Persari mengadak pesta perpisahan, akhirnya mereka memesan
seragam perpisah di orang lain bukan Putra.
Selama pesta perpisahan
berlangsung Putra tak kunjung datang, kehidupan Putra semakin aneh dan banyak
menyimpan misteri.Sita merasa bahwa sahabatnya itu beruba 360 derajat.Akhirnya
Sita mencoba untuk datang ke rumah Putra lagi dan menemui Ibunya Putra.
“Assalamualaikum...”Kata Sita sambil mengetuk pintu.
“Walaikumsalam...Eh nak Sita!Silakan masuk nak!”Jawab Ibu Putra.
“Bu, Putranya dimana?Sampai
sekarang Putra menghilang begitu saja padahal besok kan pengumuman UAN
bu...”Tanya Sita penasaran.
“Ibu tahu nak, tenang saja besok
Putra akan datang!Pulanglah nak Putra tak suka dikunjungi seperti ini!”Pinta
Ibu Putra.
“Baiklah bu!”Kata Sita heran dan
meninggalkan rumah Putra.
“Hah tak suka dikunjungi seperti
ini?Ada apa dengan Putra?Putra sakit?atau Depresi?Ah ngaco ah...”Kata Sita di
dalam hati.
Keeseokan
harinya pengumuman UAN, siswa SMA Persari sudah berkumpul di gerbang
sekolah.Sita bingung mencari sosok Putra yang begitu dikenalnya, padahal Sita
sudah mencari Putra sampai satu jam ytapi, tak ketemu juga.Akhirnya para wali
siswa sudah keluar dari ruang kelas dengan membawa amplop yang berisi
pengumuman lulus atau tidak lulus.Siswa SMA Persari lulus 100%, mereka langsung
mencoret-coreti baju mereka dengan menukar tandatangan antar teman menggunakan
spidol atau cat semprot.Dalam pesta kelulusan itu Sita tak menemukan sahabat
sejatinya itu, perasaan Sita menjadi tak karuan.Dia khawatir kalau sahabatnya
itu terkena musibah yang begitu hebat.
Beberapa
bulan kemudian setelah kejadian itu, Sita menjalankan profesi barunya yaitu
menjadi mahasiswi namun, tak ada kabar dari sahabatnya itu.
“Aku jadi teringat Putra”Kata Sita
didalam hati yang sedang termenung di salah satu cafe aneeka kue dan eskrim.
“Mbak ada yang bisa saya bantu”
Sesosok pria menghampiri Sita
dengan memakai jas bak manejer perusahaan dengan membawa semangkuk es krim
kesukaan Sita.
Sita pun menengok ke belakang dan
tak bisa berbicara sedikitpun.
“Putra?”Tanya Sita tak percaya.
“Iya ini Aku Putra.Putra sahabatmu
Sit!”
Ternyata
selama ini Putra menghilang bukan karena depresi namun, dia membangun sebuah
cafe yang dulunya cuma sebuah warung pinggir jalan namun, sekarang menjadi
restauran berbintang lima.Dengan kerja keras dan semangat tinggi akhirnya Putra
dapat mewujudkan cita-citanya.
SELESAI
Tidak ada komentar :
Posting Komentar