Oleh : Devi Ajeng Efrilianda
“Aduh Sil,
gimana nih, gue kok suka sama cowok yang sering curhat ke gue, sih!”keluh
Chacha, cewek cantik berambut ikal itu.
“Cowok itu siapa, Cha?”tanya
Sesil,cewek berwajah bollywood ini penasaran.
“Mmm.... Dito, cowok yang sekelas
sama aku, “ jawab Chacha malu.
“Hah?!Si Dito yang tinggi , cakep,
putih dan wakil ketua OSIS itu kan?”tebak Sesil antusias.Chacha mengangguk.
“Ah, udah deh, nggak usah dibahas
lagi,palingan besok perasan itu juga hilang sendiri,”tiba – tiba Chacha
mengalihkan pembicaraan.
“Ya moga aja!”jawab Sesil,
sangsi.Mereka langsung masuk ke kelas masing-masing.
Satu sekolahan tahu, Sesil dan
Chacha bersahabat.Dimana ada Chacha, distu ada Sesil.Keduanya dikenal sama-sama
cantik dan pintar.Pulang skolah , mereka pasti terlihat berdua.Pokoknya mereka
tuh, kayak botol sama tutupnya.
Satu
sekolahan juga tahu, Chacha dan Dito bersahabat sejak SMP.Kadang-kadang mereka
terlihat berdua.Tepatnya Dito sih yang sering curhat ke Chacha.Nggak tahu
kenapa, beberapa minggu ini Chacha ngerasain sesuatu rasa yang beda saat
deketan sama Dito.Deg-degan nggak karuan , saat Dito menatap matanya.Cowok
jangkung bermata indah dengan alis sekelam malam itu mulai mengobrak-abrik
hatinya.Pfiuhh...Chacha nggak tahu kenapa ini bisa terjadi.
Bel
istirahat berbunyi.Dito mengajak Chacha ke perpustakaan.Sekali lagi, ada
sesuatu menghentak dada Chacha saat Dito mengulurka tangannya.Penasaran, Chacha
menerima ajakan Dito.
Di perpustakaan Dito duduk
berhadapan dengan Chacha.Hati Chacha semakin nggak karuan, saat mata Dito
mencoba fokus ke mata Chacha.
“Cha, gue mau curhat nih, boleh
nggak?”
“Boleh, emang mau curhat apa
sih?Tentang cinta?”
“Yup, tentang cinta.Gue sekarang
suka banget cewek yang lo pasti kenal banget!”
“Siapa, Dit?Gue kenal?Siapa dia,
ya?”
“Lo nggak usah tahu dulu, ya...”jawil
Dito ke hidung Chacha
“Kenapa Dit, kok gue nggak boleh
tahu?”Chacha penasaran
“Ah...ada alsanya kok, kita ke
kantin aja yuk, laper nih!”ajak Dito sambil menyambar tangan Chacha.
Ugh, dalam hati Chacha berharap
banget kalau cewek itu adalah dirinya.Ada sebersit kekecewaan dan kehilangan di
hati Chacha, kalau cewek yang dimaksud Dito bukan dia.Malamnya, Chacha
menceritakan semua curhat Dito ke Sesil.
Minggu
sore, Dito lagi iseng main basket di halaman rumah.Meski tangannya memainkan
bola, Dito tampaknya lagi mikirin seseorang.Handphone di sakunya berdering,
membuyarkan lamunanya.Oh ada SMS dari Chacha.Isinya, Dito diajak nemenin Chacha
dan Sesil ke toko buku.
“Yup”balas Dito sambil bergegas
mandi, ganti baju dan melesat ke rumah Chacha.Nggak tahu kenapa, hari ini Dito
jadi lebih semangat dari biasanya.
Sampai di toko buku, Chacha
langsung mencari novel tentang percintaan.Chacha asyik membolak-balik novel,
Dito dan Sesil hanya melihat-lihat buku dan mereka berdekatan.
“Sil, suka baca buku?”tanya Dito,
entah mengapa hatinya deg-degan.
“Nggak terlalu suka, ini aja gue
dipaksa ama Chacha.Ya gue harus mau dong, nemenin dia!”jawab Sesil yang
terpaksa mendongak, karena Dito cukup tinggi.
“O...gitu ya...terus kesukaan lo
apa?”
“Nonton film horor, kalau lo
sukanya apa?”Sesil mulai tertarik.
“sama kayak lo, kok bisa sama
ya?ha ha ha...”tawa Dito, mamerin gighi putihnya.
“Eh, lo satu kelas ya sama
Chacha?Sesil makin ngerasa asyik ngobrol.
“Iya, lo itu kelas 11 IA 2,
ya?”balik Dito.
“Yup!”jawab Sesil sambil merapikan
poninya.
“Eh, lo mau nggak besok malam
Minggu gue ajak nonton film horor?”ajak Dito.
“Ya, gue mau kok, jemput gue di
rumahnyua Chacha ya, jam 7.Kebetulan rumah gue di belakang rumah Chacha.”Sesil
ngasih informasi lebih detail.
“Oke deh!”sambut Dito.
Mereka berdua nggak sadar kalau
Chacha sudah ada di belakang mereka sejak tadi.Bahkan mendengar pembicaraan
mereka berdua, ada rasa cemburu dalam hati Chacha.Sakit!
Dito dan Sesil rerfleks menengok,
setelah tahu keberadaan Chacha di belakang mereka.
“Cha, maaf tadi guea nggak lihat
lo.Gue dan Sesil terlalu keasyikan ngobrol”Ujar Dito melumerkan suasana yang
tiba-tiba jadi tegang.
Chacha hanya menatap mereka
sekilas dan langsung ke kasir membayar novel yang dibelinya.Dito dan Sesil
mengejar Chacha.
“Lo kenapa sih Cha?kok langsung
cabut aja!”kata Dito bingung
Chacha keluar toko buku dan
langsung memanggil taksi yang lewat di hadapannya.
“Chacha...tuh kan dia ngambek,
kalau ngambek dia psati pulang sendiri”kejar Sesil diikuti Dito.Taksi melesat
meninggalkan Dito dan Sesil yang terbengong-bengong melihat sikap dramatis
Chacha.
Sampai
rumah, Chacha membanting tubuhnya di atas kasur, Chacha menangis
sesenggukan.Sebenarnya dia juga heran, kenapa dia nangis, saat melihat
keakraban Dito dengan Sesil?Apa salah mereka?Kok, dia cemburu dan nangis
begini?Pacar Dito?Bukan.Chacha jadi ingat perkataan Dito di perpustakaan.Kalau
dia lagi suka sama cewek.Memang sih, sekilas Chacha memikirkan cewek yang
disukai Dito itu Sesil.
“Ah..mana mungkin Dito suka Sesil,
mereka kan baru sekali ngobrol”hibur hatinya.Tapi terus terang Chacha ngerasa
bersalah dengan kejadian tadi.Dalam hati dia ingin minta maaf.
Pagi
di SMA Meredeka biasanya jam 06.30 sudah ramai, hari ini terliha masih
lengang.Maklum hujan mengguyur deras sejak dini hari.Chacha sengaja datang
pagi, menunggu jedatangan Sesil dan Dito untuk minta maaf.Tiba-tiba Chacha
melihat Sesil datang bareng Dito berpayung bersama.Ada sedikit rasa perih
menyelusup dada Chacha, nggak terasa air mata menumpuk di pelupuk mata, nyaris
jebol.Sebelum keduanya tahu, Chacha berpaling, langsung masuk kelas dan
duduk.Diambilnya saputangan dan mengusap perlahan pipinya yang sudah basah air
mata.Diambilnya novel, lau pura-pura duduk tenang di bangkunya.
Dito masuk langsung duduk di
samping Chacha.Saat Dito mau bicara, Chacha sudah mendahului...
“Baru datang ya.Tdi lo jemput
Sesil?”tanya Chacha sambil meletakkan novelnya di laci meja.
“Lo udah nggak marah sama
gue?”tanya Dito sambil memandang Chacha.
“Maaf ya Dit, gue udah terlalu
egois”ujarnya sambil sekuat tenaga menahan tubuhnya biar nggak berguncang
menahan tangis.
“Gue sih nggak masalah Cha tapi,
lo lebih baik minta maaf sama Sesil”saran Dito bijak.
“Ya, gue akan minta maaf sama
Sesil”Chacha menunduk.
Dito
dan Sesil semakin akrab, kadang Chacha cemburu tapi , dia percaya Sesil nggak
akan mengkhianatinya.Nanti malam Dito dan Sesil pergi nonton film.Terus terang,
Chacha makin cemburu.Tapi ia membunyikan kesedihan itu dari sahabat dan teman
curhatnya.
Dito
datang ngejemput Sesil.Waktu nonton, entah kenapa jantungnya Sesil berdegup
dengan kencang begitupun dengan Dito .Dia grogi banget di samping Sesil,
setelah nonton, Dito mengajak Sesil makan malam di kafe dekat bioskop.Suasana
cukup ramai tapi tetap terasa syahdu, pesanan datang tapi, sebelum Sesil
mengambil sendok tiba-tiba Dito bersuara.
“Gue sebenarnya udah suka lo sejak
kelas satu.Lo mau nggak jadi pacar gue?”tanya Dito sambil menatap mata Sesil.
“Tapi Dit, gue nggak bisa nerima
lo begitu aja soalnya.....”
“Soalnya gimana Sil?”
“Soalnya Chacha itu suka lo
juga.Jadi, gue nggak mau khianati persahabatan kami...”kata Sesil, dengan mata
kebingungan.
“Apa!Chacha suka sama gue?tapi gue
sukanya sma lo”
“Ya, gue juga suka sama lo..tapi
gimana dengan Chacha?”suara Sesil cemas.
“Masalah Chacha akan kita hadapi
berdua.Sekarang kita jadian?”janji Dito serius.
Sampai
di rumah Chacha, Sesil senyum-senyum sendiri.Chacha semakin curiga dengan
kedekatan Sesil dan Dito.
“Jangan-jangan mereka udah jadian?”dalam
hati Chacha
Chacha meng-interview Sesil dengan wajah kurang bersahabat.
“Sil, lo tadi malam habis jalan
sama Dito kok senyum-senyum sendiri?Lo pasti udah jadian ya sil?”cecar Chacha
curiga.
“E...e...nggak kok!Gue Cuma suka
filmnya aja!”jawab Sesil gugup.
“Lo kok jawabnya gugup gitu sih?”Chacha
semakin curiga.
“Ah..lo kok curiga sama sahabat
sendiri”Sesil meyakinkan Chacha.
“Gue kira aja, lo jadian sama
Dito”
“Nggak kok Cha!”
Sesil
nggak tahan dengan sikap Chacha yang selalu curiga.Sesil langsung cerita ke
Dito tentang hal itu.Akhirnya mereka sepakat untuk bicara sama Chacha saat
malam pesta ulang tahun sekolah.
Sekolah yang
biasanya malam hari sepi, berubah seperti kafe.Ramai, lampu warna-warni
berkelap-kelip.Baju- baju mereka tampak formal, Sesil dan Dito menarik Chacha
ke tempat yang agak sepi.
“Kalian kenapa sih, kok ngajak gue
di tempat sepi gini?”tanya Chacha curiga.
“Dito mau ngomong sesuatu”ujar
Sesil singkat.
“Gue, sebenarnya sama
Sesil...”Dito belum nyelesain kalimatnya , Chacha langsung nyerocos.
“Gue tau kalian pasti udah jadian,
kan!!”Chacha hanya menebak.
“Nah lo tahu.Jadi, gue nggak repot
buat kasih tahu lo”kata Dito lega.
Chacha terkesiap, wajahnya
terlihat pias.
“Jadi kalian benar jadian?Gue
nggak nyangka lo, Sil , khianatin persahabatan kita!”seru Chacha marah dengan
dada naik turun nahan emosi.
“Tapi Cha, gue nggak bisa mengubah
cinta gue yang Cuma buat Dito.”Sesil jelasin ke Chacha dengan berurai air mata.
“Halah!Nggak usah banyak alasan!Lo
udah janji, nggak akn ngerebut Dito dari gue!”Chacha meledak.
“Cha, kami saling cinta.Lo nggak
berhak marah, apalagi sama Sesil, dia kan sahabat lo.Harusnya lo bisa hargain
dia!”sentak Dito.
“Oke, gue serba salah!Sil ,
sekarang kita udah nggak sahabatan lagi.Dit, mulai besok kita nggak satu meja
lagi!Gue nggak akn mafin kalian!Gue muka dengan kalian!”cecar Chacha langsung
kabur.
Malamnya,
saat Chacha tidur, dia bermimpi.Sesil akan meninggalkan dia untuk
selamanya.Chacha terbangun bermandikan keringan dingin.Chacha nggak mau
kehilangan Sesil, nggak mau.Dalam hati dia berjanji, besok akan minta maaf pada
dua sahabatnya itu.
Di kantin
Chacha langsung menghampiri mereka berdua.
“Hai Sil, Dit.Gue minta maaf
ya.Gue terlalu egois dan nggak bisa n kalian.Maafin gue ya?”parau suara Chacha
menahan isak tangis.
“Gue mau Cha, kalau lo Sil, mau
kan?”tanya Dito lembut.
“Ya..gue maafin.Lo kan sahabat
terbaik gue!”songsong Sesil memeluk Chacha.
“Oh ya Sil, belahan hati gue untuk
sahabat sejati gue.Gue nggak pantas buat Dito”Chacha melepas pelukan dan
memandang Dito.
“Makasih Cha!Lo akan dapat cowok
yang lebih baik”
Kedua sahabat itu berpelukan lagi,
perlahan hujan turun, bagaiakan ikut terharu.
SELESAI
Tidak ada komentar :
Posting Komentar