Minggu, 09 Oktober 2011

CERPEN (Bukan Sekedar Mimpi)


Oleh : Devi Ajeng Efrilianda


BUKAN SEKEDAR MIMPI

            “Kolak...kolak....kolak...”teriakan remaja berkaos hitam yang bersaing dengan suara kendaraan di jalan raya.
“Udah laku berapa Put?”Tanyaku dengan membawa sejumlah bungkusan makanan.
“Wah sudah hampir habis nih!”Jawab Putra senang.
Memang Putra bisa dibilang rajin bekerja bukan untuk membantu orangtua tapi, dia ingin melatih diri untuk mandiri.Walaupun di Sekolah dia berjualan beberapa barang dagangan seperti: sticker, kaos. topi, jam, dan berbagai accessoris anak muda dan sore harinya dia berjualan berbagai masakan rumah, dia tak malu melakukan hal itu dan dia tetap berprestasi dengan baik.
“Heh Sit bengong aja!Berapa keuntungan kita hari ini?”Tanya Putra sambil mengusap mukanya dengan sapu tangan yang telah bermandikan keringat.
“Wah lumayan banyak nih Put!”Sita menyerahkan beberapa uang ke Putra.
Alhamdulilah...Ya sudah kita bergegas pulang, karena ini sudah waktunya sholat maghrib.”Ajak Putra dengan membawa kardus bekas tempat barang jualannya.
“Siap bos!haha...”Godaku ke Putra.
Saat matahari masih malas berinjak ke bumi Putra sudah menginjakkan kakinya di bumi yang fana ini.Dia harus membantu saudaranya yang berjualan sayuran di Pasar, setelah membantu membawa sayuran ke Pasar Putra langsung pulang ke rumah untuk saip-siap berangkat ke sekolah.
Putra di sekolah membawa beberapa kardus yang berisi pesanan kaos kelas.
“Wah Pak bos sudah datang..”Sapaku dengan senyuman.
“Ah kamu Sit, ini daftar kelas yang pesan kaos desainku ini”Kata Putra sambil menunjukkan secarik kertas.
“Oke bos, siap diedarkan.”
Walaupun Putra sering bawa barang dagangan yang bermacam-macam di sekolah, Dia tetap mematuhi aturan sekolah dengan cara menjual barang yang tidak dilarang di sekolah.
“Put, kamu dicari Pak Budi guru olahraga!”Kata Angga tergesa-gesa.
“Memang ada apa ngga?”Tanya Putra penasaran.
“Udahlah Kamu ke kantor saja!”Perintah Angga.
Putra segera menemui Pak Budi dengan perasaan yang tak karuan.
“Apa Bapak memanggil Saya?”Putra menghampiri Pak Budi di meja kerjanya.
“Iya nak!”
Pak Budi terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.
“Bapak sangat kecewa dengan Kamu nak!”Kata Pak Budi sambil memegang pundak Putra.
“Kecewa bagaimana Pak?”Tanya Putra penasaran.
Akhirnya Pak Budi mengatakan seluruh kekecewaannya terhadap Putra.Menurut Pak Budi, Putra sudah melanggar janjiny ke Pak Budi.Dahulu Putra janji nggak akan memakai kaos kelas saat jam pelajaran olahraga namun, ada beberapa kelas yang memakai kaos kelas saat pelajaran Pak Budi.Pak Budi akhirnya melarang Putra berjualan barang apapun di sekolah, apabila Putra melanggar hal itu kepala sekolah yang akan menangani masalah Putra.
Sore harinya Putra masih saja memikirkan masalah itu, Dia terpaksa tidak berjualan kolak seperti biasanya.
“Heh bos kok melamun saja?”Tanya Sita sambil menghampiri Putra.
“Lha gimana Sit, bisnisku jadi hancur!”Putra menundukkan kepalanya.
“Udahlah Put, kalau Kamu nggak boleh bawa daganganmu di sekolah mending Kamu bawa brosurnya saja.Jadi, kalau ada yang tertari sorenya Kamu buat warung lesehan saja!”Saran Sita.
“Ide Kamu boleh juga Sit!Tapi, nggak semua orang mau sempatin waktunya untuk lihat barang yang belum tentu bagus kan?apalagi mereka belum tentu beli Sit.”Tebak Putra
“Sudahlah Put,,nggak ada salahnya kan kalau kita coba?”Kata Sita memberi semangat Putra.
Putra pun menjalankan saran dari Sita, ternyata tak ada satupun yang tertarik dengan brosur Putra yang tak berwarna itu.Teman-temannya mengira Putra membohongi mereka dengan menjual barang kualitas jelek harga mahal.Namun, Sita sebagai sahabat Putra sejak kecil tak henti – hentinya memberi semangat dan dukungan untuk masa depan Putra.
“Sit, Aku berhenti bisnis saja lah,mungkin ini memang bukan jalan masa depanku!”Kata Putra putus asa.
“Lho Put, Kamu bisnis kayak begini sudah bertahun-tahun lho..Masa sekarang Kamu nyerah begitu saja?”
“Sudahlah Sit ini memang bukan jalanku!”Bentak Putra dan meninggalkan Sita di teras  rumahnya.
Satu bulan lagi siswa kelas 12 SMA akan mengikuti Ujian Nasional, Putra dan Sita juga mengikuti Ujian Nasonal.Sejak Putra meninggalkan di dunia bisnis dia jadi lebih tekun belajar dan diam diri di perpustakaan.Sekarang Putra lebih pasif daripada Putra yang dulu yang selalu beredar di kelas-kelas lain untuk menawarkan barang dagangannya.Sita pun kehilangan sosok Putra yang bekerja keras, tak mudah putus asa dan bercanda saat bersama.
Sita menghampiri Putra yang sedang asyik baca buku.
“Wah baca buku apa ini?Seribu Cara Bisnis “Goda Sita
“Ngapain Kamu ke sini?”
“Kamu masih tertarik dengan bisnis?”
Putra meninggalkan Sita tanpa menjawab pertanyaan Sita sedikitpun.
Hari-haripun beralau dengan cepat, latihan untuk mempersiapkan Ujian Nasional sudah terlaksanakan.Dua hari lagi mereka akan menghadapi Ujian Nasional.Sita sudah di terima di salah satu Universitas negeri di Solo tapi, tak ada kabar dari Putra sama sekali.Sita pun khawatir engan masa depan Putra, sampai sekarang Putra tidak mau mengambil jalan lain setelah  bisnis yang sudah membuat Putra menjkadi jatuh bangun.
“Put, mau nerusin kuliah dimana?”Tanya Sita duduk di sebelah Putra.
“Nggak tahu!”Jawab Putra cuek.
“Jangan gara-gara Kamu gagal di bisnis tak mau cicipi jurusan yang lain”Nasehat Sita.
“Sudahlah Sit ini kan hidupku jadi Kamu nggak usah ngurusin Aku!”Bentak Putra.
“Put, sejak kecil kita udah sahabatan!Baru kali ini Aku lihat Putra yang sangat lemah karena ulahnya sendiri”
“Sudahlah!”Putra meninggalkan Sita dengan kekecewaan yang begitu mendalam.
***
            Hari penentuan akhirnya tiba juga.Siswa SMA Persari terlihat sudah siap untuk menghadapi Ujian Nasional.Ada beberapa Siswa yang menggelar doa pagi sebelum menghadapi UAN, ada juga yang masih belajar, dan ada juga siswa yang pesimis hingga akhirnya mereka menangis sebelum menghadapi UAN.
Sita menghampiri Putra yang sedang mengikuti doa bersama di Mushala bersama anggota Rohis SMA Persada.
“Put, pagi sekali Kamu berangkat”Bisik Sita.
“Jangan berisiklah Sit, lebih baik Kita berdoa saja agar bisa mengerjakan UAN nanti”Saran Putra.
“Baiklah Put!”Sita langsung menyesuaikan diri dengan yang lainnya.
            Hari-hari terberat sudah dilalui Sita dan Putra.Kini mereka tinggal menunggu pengumuman.Sita membawa beberapa tumpukkan buku untuk dikembalikan ke perpustakaan.Namun, kali ini Sita tak melihat Putra ada di perpustakaan, memang sejak UAN usai Putra tak pernah masuk sekolah.Sita pun bila mencari Putra di rumah tak pernah bertemu dengan Putra.Sita mecemaskan Putra.
“Kira-kira Putra diman ya?”Kata Sita di dalam hati.
“Ada apa sit?kok gelisah begitu?”Tanya Angga.
“Kamu pernah bertemu dengan Putra?”
“Nggak pernah kok Sit!Sejak bisnisnya hancur Putra terlihat depresi”
“Ah nggak juga...”Bela Sita.
Selama satu bulan Sita tak kunjung temukan sahabatnya itu. Orangtua Putra tak mau memberi tahu keberadaan Putra.Padahal di Sekolah guru-guru mencari Putra untuk memesan kaos desainnya untuk seragam di pesta perpisahan nanti.Padahal ini kesempatan emas buat Putra tapi, Dia mengabaikan hal itu.Dua hari sebelum pengumuman UAN, SMA Persari mengadak pesta perpisahan, akhirnya mereka memesan seragam perpisah di orang lain bukan Putra.
Selama pesta perpisahan berlangsung Putra tak kunjung datang, kehidupan Putra semakin aneh dan banyak menyimpan misteri.Sita merasa bahwa sahabatnya itu beruba 360 derajat.Akhirnya Sita mencoba untuk datang ke rumah Putra lagi dan menemui Ibunya Putra.
Assalamualaikum...”Kata Sita sambil mengetuk pintu.
Walaikumsalam...Eh nak Sita!Silakan masuk nak!”Jawab Ibu Putra.
“Bu, Putranya dimana?Sampai sekarang Putra menghilang begitu saja padahal besok kan pengumuman UAN bu...”Tanya Sita penasaran.
“Ibu tahu nak, tenang saja besok Putra akan datang!Pulanglah nak Putra tak suka dikunjungi seperti ini!”Pinta Ibu Putra.
“Baiklah bu!”Kata Sita heran dan meninggalkan rumah Putra.
“Hah tak suka dikunjungi seperti ini?Ada apa dengan Putra?Putra sakit?atau Depresi?Ah ngaco ah...”Kata Sita di dalam hati.
Keeseokan harinya pengumuman UAN, siswa SMA Persari sudah berkumpul di gerbang sekolah.Sita bingung mencari sosok Putra yang begitu dikenalnya, padahal Sita sudah mencari Putra sampai satu jam ytapi, tak ketemu juga.Akhirnya para wali siswa sudah keluar dari ruang kelas dengan membawa amplop yang berisi pengumuman lulus atau tidak lulus.Siswa SMA Persari lulus 100%, mereka langsung mencoret-coreti baju mereka dengan menukar tandatangan antar teman menggunakan spidol atau cat semprot.Dalam pesta kelulusan itu Sita tak menemukan sahabat sejatinya itu, perasaan Sita menjadi tak karuan.Dia khawatir kalau sahabatnya itu terkena musibah yang begitu hebat.
            Beberapa bulan kemudian setelah kejadian itu, Sita menjalankan profesi barunya yaitu menjadi mahasiswi namun, tak ada kabar dari sahabatnya itu.
“Aku jadi teringat Putra”Kata Sita didalam hati yang sedang termenung di salah satu cafe aneeka kue dan eskrim.
“Mbak ada yang bisa saya bantu”
Sesosok pria menghampiri Sita dengan memakai jas bak manejer perusahaan dengan membawa semangkuk es krim kesukaan Sita.
Sita pun menengok ke belakang dan tak bisa berbicara sedikitpun.
“Putra?”Tanya Sita tak percaya.
“Iya ini Aku Putra.Putra sahabatmu Sit!”
            Ternyata selama ini Putra menghilang bukan karena depresi namun, dia membangun sebuah cafe yang dulunya cuma sebuah warung pinggir jalan namun, sekarang menjadi restauran berbintang lima.Dengan kerja keras dan semangat tinggi akhirnya Putra dapat mewujudkan cita-citanya.

SELESAI

Tidak ada komentar :

Posting Komentar